Salah satu program unggulan Pemkot Magelang yakni Program Pemberdayaan Masyarakat Maju Sehat dan Bahagia
KOTA MAGELANG – Salah satu program unggulan Pemkot Magelang yakni Program Pemberdayaan Masyarakat Maju Sehat dan Bahagia (Rodanyas Mas Bagia) adalah satu dari sekian banyak program yang paling populer bagi masyarakat Kota Magelang. Program berupa dana RT Rp 30 juta per tahun ini mendapat antusiasme yang tinggi, apalagi baru pertama kalinya diadakan.
Rodanya Mas Bagia tak sekadar slogan. Pasalnya, lewat program ini masyarakat diajak bagaimana melakukan pengusulan hingga merancang konsep pembangunan dari tingkat tananan terkecil yakni rukun tetangga (RT). Setiap RT di Kota Magelang, menerima dana yang berasal dari APBD sebesar Rp30 juta per tahun.
Di tahun 2021 Pemkot Magelang sukses menurunkan angka kemiskinan 0,4 persen. Diperkirakan, hingga kuartal terkahir 2022, penurunan angka kemiskinan lebih besar, menyisakan 7,00 persen sesuai dengan peta kemiskinan laman resmi Pemkot Magelang, melalui DataGo.
Walikota Magelang, dr Muchamad Nur Aziz menjelaskan, melalui berbagai program pengentasan kemiskinan sebetulnya Pemkot Magelang mulai bisa mengurangi angka kemiskinan. Salah satunya, Rodanya Mas Bagia. Selain melatih kemandirian, kucuran dana Rp30 juta per RT, mewujudkan masyarakat yang berdaya melalui wirausahawan baru, kesempatan kerja baru, dan pembangunan baik fisik maupun nonfisik.
Sebagai gambaran data dari BPS Kota Magelang, persentase kemiskinan di Kota Magelang hanya naik di tahun 2020. Selebihnya, selalu konsisten turun di berbagai sektor seperti penurunan jumlah warga kurang mampu, jumlah rumah tak layak huni (RTLH), kawasan kumuh, dan penduduk di bawah garis kemiskinan.
“Pendapatan per kapita juga konsisten naik,” imbuh dokter spesialis penyakit dalam tersebut.
Dia menjelaskan, dana Rp30 juta dialokasikan bagi setiap RT yang ada di Kota Magelang. Dana itu diusulkan berdasarkan rencana kerja masyarakat (RKM), dengan harapan penguasaan dan pengetahuan lingkungan masyarakat akan membuat program itu lebih tepat sasaran dan tepat manfaat.
“RKM diciptakan dari potensi, akar masalah, pemetaan wilayah masing-masing RT. Jadi warga lah yang menentukan apa kendalanya, lalu diselesaikan lewat Rodanya Mas Bagia,” tuturnya.
Dokter Aziz juga menegaskan, kemiskinan telah menjadi atensi pemerintah untuk terus ditekan angkanya melalui program pemberdayaan dan penguatan sumber daya manusia (SDM) di Kota Magelang. Tak heran, jika besar kebijakan yang ditempuh pemerintah saat ini, yakni mem-porsikan lebih pada pembangunan mental dan kualitas setiap individu masyarakatnya dibanding infrastruktur dan pembangunan fisik.
“Meskipun kegiatan nonfisik itu tidak terlihat, tetapi saya tidak khawatir, karena program pemberdayaan ini akan menuai hasilnya, kalau tidak sekarang, berarti nanti di waktu yang akan datang. Di APBD tahun 2023 juga masih sama, sudah kita sepakati kalau 80 persen untuk pembangunan manusia dan pemberdayaan, sedangkan sisanya untuk infrastruktur,” paparnya.
Lurah Kedungsari, Nur Lamiah, ketika dimintai tanggapan soal Rodanya Mas Bagia, mengaku bahwa banyak terjadi perubahan warganya setelah program ini berjalan hampir dua tahun. Menurutnya, terjadi penurunan angka pengangguran dan warga miskin di Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara.
Tim penilai dari unsur Pemkot Magelang, akademisi, masyarakat, dan media massa saat berkunjung ke Kantor Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara, belum lama ini.
“Rodanya Mas Bagia ini merupakan program usulan yang dilakukan masyarakat secara langsung. Jadi, masyarakat tahu, apa kekurangannya, dan apa yang seharusnya dibantu. Sebelumnya, masalah terbanyak adalah pengangguran terbuka, tapi sekarang di kelurahan ini jumlahnya terus berkurang,” ujarnya.
Menurutnya, Rodanya Mas Bagia di Kedungsari tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik saja, melainkan porsi pemberdayaan masyarakat yang diprioritaskan. Seperti mengikutsertakan warganya mendapatkan pelatihan keterampilan di Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Magelang.
“Kuota di BLK sendiri kan terbatas. Tidak semua pengangguran itu bisa diikutsertakan ke BLK. Tapi siasat kami, melaui Rodanya Mas Bagia, kita buat peserta BLK yang sudah dilatih untuk meneruskan ilmunya di lingkungan masing-masing. Ada yang jadi pelaku UMKM, wirausahawan, dan lain sebagainya,” tuturnya.
Ika Elly, warga RW 05 Kedungsari mengaku pernah mengikuti pelatihan tataboga. Lantas dengan bekal ilmu yang telah didapat, ia meneruskan kepada warga di lingkungannya sendiri secara cuma-cuma.
“Sebagai wujud rasa terima kasih saya, kemudian ilmu yang saya dapat saya teruskan ke yang lain, melalui forum RT/RW. Sekarang sudah banyak warga sini yang punya keterampilan tataboga. Bahkan sudah dipesan di instansi ataupun lembaga besar,” ujarnya. (pemkotmgl)